Plot
demonstrasi (demplot) memperlihatkan variasi tinggi tanaman berbagai
kultivar jagung.
Pemuliaan
tanaman adalah
kegiatan mengubah susunan genetik individumaupun populasi tanaman untuk suatu tujuan. Pemuliaan
tanaman kadang-kadang disamakan dengan penangkaran tanaman, kegiatan memelihara
tanaman untuk memperbanyak dan menjaga kemurnian; pada kenyataannya, kegiatan
penangkaran adalah sebagian dari pemuliaan. Selain melakukan penangkaran,
pemuliaan berusaha memperbaiki mutu genetik sehingga diperoleh tanaman yang
lebih bermanfaat.
Pengetahuan
mengenai perilaku biologi tanaman dan pengalaman dalambudidaya tanaman merupakan hal yang paling
menentukan keberhasilan usaha pemuliaan, sehingga buku-buku teks seringkali
menyebut pemuliaan tanaman sebagai seni dan ilmu memperbaiki keturunan tanaman demi kemaslahatan
manusia.[1] Di perguruan tinggi, pemuliaan tanaman biasa dianggap
sebagai cabang agronomi (ilmu produksi tanaman) atau genetika terapan, karena sifat
multidisiplinernya.
Pelaku
pemuliaan tanaman disebut pemulia tanaman. Karena pengetahuannya,
seorang pemulia tanaman biasanya juga menguasai agronomi dan genetika. Tugas
pokok seorang pemulia tanaman adalah merakit kultivar yang lebih baik:[2]memiliki ciri-ciri yang khas dan lebih
bermanfaat bagi penanamnya.
Aplikasi
kultivar unggul padi dan gandum merupakan salah satu komponen
penting dalam Revolusi Hijau,[3] suatu paket penggunaan teknologi
modern secara massal untuk menggenjot produksi pangan dunia, khususnya gandum roti, jagung, dan padi. Dilihat dari sudut pandang agribisnis, pemuliaan tanaman merupakan bagian
dari usaha perbenihan yang menempati posisi awal/hulu
dari keseluruhan mata rantai industri pertanian.
Tujuan dalam
pemuliaan tanaman[sunting | sunting sumber]
Tujuan
dalam pemuliaan tanaman dapat bersifat spesifik. Tanaman di bagian kanan atas
warna daunnya menjadi merah apabila tempat tumbuhnya mengandung nitrogen
dioksida.
Sifat ini dimanfaatkan untuk mendeteksi keberadaan ranjau yang melepaskan senyawa tersebut.
Tujuan
dalam program pemuliaan tanaman didasarkan pada strategi jangka panjang untuk
mengantisipasi berbagai perubahan arah konsumen atau keadaan lingkungan.
Pemuliaan padi, misalnya, pernah diarahkan pada peningkatan hasil, tetapi
sekarang titik berat diarahkan pada perakitan kultivar yang toleran terhadap
kondisi ekstrem (tahan genangan, tahan kekeringan, dan tahan lahan bergaram) karena proyeksi perubahan iklim dalam
20–50 tahun mendatang. Tujuan pemuliaan akan diterjemahkan menjadi program
pemuliaan.
Ada dua
tujuan umum dalam pemuliaan tanaman: peningkatan kepastian terhadap hasil yang tinggi dan perbaikan kualitas produk yang dihasilkan.[4]
Peningkatan
kepastian terhadap hasil biasanya diarahkan pada peningkatan daya hasil, cepat
dipanen, ketahanan terhadap organisme
pengganggu atau
kondisi alam yang kurang baik bagi usaha tani, serta kesesuaian terhadap perkembangan
teknologi pertanian yang lain. Hasil yang tinggi menjamin terjaganya persediaan
bahan mentah untuk diolah lebih lanjut. Tanaman yang berumur singkat (genjah)
akan memungkinkan efisiensi penggunaan lahan yang lebih tinggi. Ketahanan
terhadap organisme pengganggu atau kondisi alam yang tidak mendukung akan
membantu pelaku usaha tani menghindari kerugian besar akibat serangan hama, penyakit, serta bencana alam. Beberapa tanaman
tertentu yang dalam usaha budidayanya melibatkan banyak peralatan mekanik
memerlukan populasi yang seragam atau khas agar dapat sesuai dengan kemampuan
mesin dalam bekerja.
Usaha
perbaikan kualitas produk adalah tujuan utama kedua. Tujuan semacam ini dapat
diarahkan pada perbaikan ukuran, warna, kandungan bahan tertentu (atau
penambahan serta penghilangan substansi tertentu), pembuangan sifat-sifat yang
tidak disukai, ketahanan simpan, atau keindahan serta keunikan.
Perkembangan bioteknologi di akhir abad ke-20 telah membantu
pemuliaan terhadap tanaman yang mampu menghasilkan bahan pangan dengan
kandungan gizi tambahan (pangan fungsional) atau mengandung bahan pengobatan
tertentu (pharmcrops, kegiatannya dikenal sebagai croppharming).[5]
Kegiatan
pemuliaan tanaman dapat dikatakan sebagai tekanan evolusi yang sengaja dilakukan oleh
manusia. Pada masaprasejarah, pemuliaan tanaman telah dilakukan
orang sejak dimulainya domestikasi tanaman, namun dilakukan tanpa
dasar ilmu yang jelas. Sisa-sisa biji-bijian dari situs-situs peninggalan
arkeologi membantu menyingkap masa prasejarah pemuliaan tanaman.
Catatan-catatan pertama dalam jumlah besar mengenai berbagai jenis tanaman
diperoleh dari karya penulis-penulis Romawi, terutama Plinius.
Perkembangan
bunga betina jagung dari teosinte(kiri) tanpa tongkol menjadi jagung dengan tongkol dan
banyak baris.
Para
petani pada masa-masa awal pertanian selalu menyimpan sebagian benih untuk pertanaman berikutnya dan
tanpa sengaja melakukan pemilihan (seleksi) terhadap tanaman yang kuat karena
hanya tanaman yang kuat mampu bertahan hingga panen.[6] Sifat pertama dalam budidaya
tanaman serealia (bijirin) yang termuliakan adalah
ukuran buliryang menjadi lebih besar dan menurunnya
tingkat kerontokan bulir pada tanaman budidaya apabila dibandingkan dengan
moyang liarnya.[7] Beberapa petunjuk untuk hal ini
dapat diperkirakan dari temuan sejumlah sisa bulir jelai dan einkorn di lembah Sungai
Eufrat danSungai
Tigris (paling
tua 9000 SM) serta padi di daerah aliran Sungai Yangtze.[7] Temuan serupa untuk biji polong-polongan berasal dari India utara dan kawasan Afrika
Sub-Sahara.[7]
Perkembangan
seleksi lebih lanjut telah menunjukkan kesengajaan dan terkait dengan tingkat
kebudayaan masyarakat penanam. Bulir jagung terseleksi dari teosinte yang bulirnya keras serta
terbungkus sekam, lalu menjadi jagung bertongkol namun bulirnya masih
terbungkus sekam, dan akhirnya bentuk yang berbulir tanpa sekam dan
lebih mudah digiling menjadi semakin banyak ditemukan. Beberapa petunjuk yang
sama juga terlihat dari temuan-temuan untuk bulir gandum roti dan jelai.[7] Contoh lainnya adalah munculnya
padiketan serta jagung ketan di Asia Timur dan Asia Tenggara.[7] Hanya dari wilayah inilah muncul
jenis-jenis ketan dari delapan spesies dan menunjukkan preferensi akan sifat
ini.
Kebudayaan Romawi Kuna (abad ke-9 SM – abad ke-5 Masehi)
meninggalkan banyak tulisan mengenai keanekaragaman tanaman budidaya dan juga
menyebut berbagai variasi setiap jenis. Cato dengan De Agri Cultura[8] dan Plinius yang Tuadengan Naturalis
Historia,
misalnya, memberi banyak informasi mengenai variasi tanaman dan khasiat
masing-masing bagi kesehatan.
Kitab-kitab
suci dari Asia Barat, seperti Al-Qur'an,[9] juga menyebut tentang variasi pada
beberapa tanaman. Hal ini menunjukkan telah ada kesadaran dalam memilih bahan
tanam dan pemilihan kultivar tertentu dengan target konsumen
yang berbeda-beda.
Pada
awal milenium pertama dan paruh pertama milenium kedua telah terjadi pertukaran
komoditi pertanian yang berakibat migrasi sejumlah bahan pangan. Pisang menyebar dari Asia
Tenggara maritim
ke arah barat hingga pantai timur Afrika. Berbagai tanaman rempah, seperti merica dan ketumbar, dan tanaman "suci",
seperti randu alas dan beringin, menyebar dari India ke Nusantara. Namun demikian, pertukaran tanaman
yang intensif terjadi setelah penjelajahan orang Eropa.
Bermacam-macam
variasi kentang. Kentang didatangkan dari Amerika Selatan pada abad ke-15 ke
Eropa, lalu menyebar ke Asia.
Meskipun
penyebaran tanaman telah terjadi sebelum kolonialisme, Zaman
Penjelajahan (sejak
abad ke-14) dan kolonialisme (penjajahan) yang menyusulnya
telah membawa pengaruh yang dramatis dalam budidaya tanaman.
Segera
setelah orang Spanyol dan Portugis menaklukkan Amerika dan menemukan jalur laut ke Tiongkok, terjadi pertukaran berbagai tanaman
dariDunia Baru ke Dunia Lama, dan sebaliknya. Kopi yang berasal Afrika, misalnya,
dibawa ke Amerika dan Asia (dibawa ke Nusantara pada abad ke-18 awal).[10]Kelak (abad ke-18) tebu juga menyebar dari Asia Tenggara
menuju Amerika tropis, seperti Karibia dan Guyana. Namun demikian, yang lebih intensif
adalah penyebaran berbagai tanaman budidaya penduduk asli Amerika ke tempat
lain:jagung, kentang, tomat, cabai, kakao, para (karet), serta berbagai tanaman
buah dan hias.
Pada
abad ke-18, terjadi gelombang rasionalisasi di Eropa sebagai dampak Masa
Pencerahan.
Orang-orang kaya di Eropa (dan pada tingkat tertentu juga di Cina dan Jepang)
mulai meminati koleksi tanaman eksotik dan kebun-kebun kastil mereka yang luas menjadi tempat
koleksi berbagai tanaman dari negeri asing. Pada abad ke-18 mulai berkembang
perkebunan-perkebunan monokultur (satu macam tanaman pada satu
petak lahan). Berbagai tanaman penghasil komoditidagang utama dunia seperti tebu, teh, kopi, lada, dan tarum dibudidayakan di berbagai tanah jajahan,
termasuk Kepulauan Nusantara, tentu saja dengan melibatkan perbudakan atau tanam paksa. Pada abad ini
pula cengkeh dan pala mulai ditanam di luar Maluku, sehingga harganya menurun dan tidak
lagi menjadi rempah-rempah yang eksklusif.
Para
botaniwan dan ahli pertanian kemudian segera mengambil pelajaran dari
kasus-kasus ini untuk menyediakan bahan tanam yang tahan terhadap serangan organisme
pengganggu, sekaligus memberikan hasil yang lebih baik. Usaha-usaha perbaikan
mutu genetik tanaman perkebunan mulai dilakukan pada akhir abad ke-19 di
beberapa daerah koloni, termasukHindia-Belanda.
Kebun
penelitian gula (tebu) pertama kali didirikan di Semarang tahun 1885 (Proefstation Midden
Java), setahun kemudian didirikan pula di Kagok, Jawa Barat, dan menyusul
di Pasuruan tanggal 8 Juli 1887 (Proefstation
Oost Java, POJ). Salah satu misinya adalah mengatasi kerugian akibat
penyakit sereh. Pada tahun 1905 seluruh penelitian gula/tebu dipusatkan di
Pasuruan (sekarang menjadi P3GI).[12] Berbagai klon tebu hasil lembaga penelitian ini
pernah termasuk sebagai kultivar tebu paling unggul di dunia di paruh pertama
abad ke-20, seperti POJ 2364, POJ 2878, dan POJ 3016 sehingga menjadikan Jawa
sebagai produsen gula terbesar di belahan timur bumi.[13]
Awal
abad ke-20 menjadi titik perkembangan pemuliaan tanaman yang berbasis ilmu
pengetahuan. Perkembangan pesat dalam botani, genetika, agronomi, dan statistika tumbuh sebagai motor utama
modernisasi pemuliaan tanaman sejak awal abad ke-20 hingga 1980-an. Mekanisasi
pertanian di
dunia yang meluas sejak 1950-an memungkinkan penanaman secara massal dengan
tenaga kerja minimal. Ketika biologi molekular tumbuh pesat sejak 1970-an,
pemuliaan tanaman juga mengambil manfaat darinya, dan mulailah perkembangan
pemuliaan tanaman yang didukung ilmu tersebut sejak 1980-an.Bioinformatika juga perlahan-lahan mengambil
peran statistika sebagai pendukung utama dalam analisis data eksperimen.
Jagung
hibrida mendominasi 90% lahan jagung di Amerika Serikat pada tahun 1940. Di
Indonesia 50% lahan jagung ditanami jagung hibrida tahun 2010[15].
Penemuan
kembali Hukum
Pewarisan Mendel pada tahun 1900, eksperimen terhadap seleksi atas generasi
hasil persilangan dan galur murni oleh Wilhelm Johannsen (dekade pertama abad ke-20),
peletakan dasar Hukum
Hardy-Weinberg (1908 dan 1909), dan penjelasan pewarisan kuantitatif berbasis Hukum
Mendel oleh Sir Ronald Fisher pada tahun 1916 memberikan banyak
dasar-dasar teoretik terhadap berbagai fenomena yang telah dikenal dalam
praktik dan menjadi dasar bagi aplikasi ilmu dan teknologi dalam perbaikan
kultivar.
Cara
budidaya yang semakin efisien dan mendorong intensifikasi dalam pertanian, dengan
penggunaan pupuk kimia,pestisida, dan mekanisasi
pertanian,
memunculkan lahan pertanian dengan kebutuhan benih berjumlah besar dan mulai
menghasilkan "raksasa" dalam industri perbenihan. Tumbuhnya industri perbenihan juga
dimungkinkan sejak adanya varietas hibrida karena benih yang harus dibeli
petani memungkinkan industri perbenihan untuk tumbuh. Dari sini mulai muncul
pula isu perlindungan
varietas tanaman. Di Amerika Serikat muncul Dekalb dan Pioneer
Hi-Bred sebagai
pemain utama dalam industri benih. Dari Eropa, wilayah yang telah memulai produksi benih setengah
industrial pada abad ke-19, muncul KWS Saat dan NPZ (Jerman), serta SW Seeds (Swedia)
sebagai pemain utama di bidang perbenihan tanamanserealia dan pakan ternak hijauan. Di Taiwan dan Jepang juga berkembang perusahaan benih
yang menguasai pasar regional Asia, seperti Sakata (Jepang) dan Known You Seeds
(Taiwan).
Seusai Perang
Dunia II (PD
II) perbaikan genetik gandum yang didukung Yayasan
Rockefeller di lembaga penelitian yang didanainya di Meksiko sebagai bagian dari paket
teknologi untuk melipatgandakan hasil gandum menunjukkan keberhasilan.
Strategi ini, yang dikonsep oleh Norman Borlaug, kemudian dicoba untuk diterapkan pada
tanaman pokok lain, khususnya padi dan beberapa serealia minor lainnya (seperti sorgum dan milet) dan didukung oleh FAO.
Revolusi dalam teknik bercocok tanam ini kelak dikenal secara iinformal
sebagai Revolusi Hijau. Untuk mendukung revolusi ini banyak
dibentuk lembaga-lembaga penelitian perbaikan tanaman bertaraf dunia
seperti CIMMYT (di Meksiko, 1957; sebagai
kelanjutan dari lembaga milik Yayasan Rockefeller), IRRI (di Filipina, 1960), ICRISAT (di Andhra Pradesh, India, 1972), danCIP (di La Molina, Peru). Lembaga-lembaga ini sekarang tergabung dalam CGIAR dan koleksi serta hasil-hasil penelitiannya
bersifat publik.
Akhir
PD II juga menjadi awal berkembangnya teknik-teknik baru dalam perluasan latar
genetik tanaman. Mutasi buatan, yang tekniknya dikenal
sejak 1920-an, mulai luas dikembangkan pada tahun 1950-an sampai dengan 1970-an
sebagai cara untuk menambahkan variabilitas
genetik.
Pemuliaan dengan menggunakan teknik mutasi buatan ini dikenal sebagaipemuliaan mutasi. Selain mutasi, teknik perluasan latar
genetik juga menggunakan teknik poliploidisasi buatan menggunakan kolkisin, yang dasar-dasarnya diperoleh dari
berbagai percobaan oleh Karpechenko pada tahun 1920-an. Tanaman
poliploid biasanya berukuran lebih besar dan dengan demikian memiliki hasil
yang lebih tinggi.
Gelombang bioteknologi, yang memanfaatkan berbagai
metode biologi molekuler, yang mulai menguat pada tahun 1970-an
mengimbas pemuliaan tanaman. Tanaman
transgenikpertama
dilaporkan hampir bersamaan pada tahun 1983,[16] yaitu tembakau, Petunia, danbunga matahari. Selanjutnya muncul berbagai tanaman
transgenik dari berbagai spesies lain; yang paling populer dan kontroversial
adalah pada jagung, kapas, tomat, dan kedelaiyang disisipkan gen-gen toleran herbisida atau gen ketahanan terhadap hama tertentu. Perkembangan ini
memunculkan wacana pemberian hak paten terhadap metode, gen, serta
tumbuhan terlibat dalam proses rekayasa ini. Kalangan aktivis lingkungan dan
sebagian filsuf menilai hal ini kontroversial
dengan memunculkan kritik ideologis dan etisterhadap praktik ini sebagai reaksinya, terutama
karena teknologi ini dikuasai oleh segelintir perusahaan multinasional. Isu
politik, lingkungan, dan etika, yang sebelumnya tidak pernah masuk dalam
khazanah pemuliaan tanaman, mulai masuk sebagai pertimbangan baru.
Meskipun
penggunaan teknik-teknik terbaru telah dilakukan untuk memperluas
keanekaragaman genetik tanaman, hampir semua produsen benih, baik yang
komersial maupun publik, masih mengandalkan pada pemuliaan tanaman
"konvensional" dalam berbagai programnya.
Di arah
yang lain, gerakan pemuliaan tanaman "gotong-royong" atau
partisipatif (participatory plant breeding) juga menjadi jawaban atas
kritik hilangnya kekuasaan petani atas benih. Gerakan ini tidak mengarah pada
perbaikan hasil secara massal, tetapi lebih mengarahkan petani, khususnya yang
masih tradisional, untuk tetap menguasai benih yang telah mereka tanam secara
turun-temurun sambil memperbaiki mutu genetiknya. Perbaikan mutu genetik
tanaman ditentukan sendiri arahnya oleh petani dan pemulia membantu mereka
dalam melakukan programnya sendiri.[21] Istilah "gotong-royong"
(participatory) digunakan untuk menggambarkan keterlibatan semua pihak
(petani, LSM, pemulia, dan pedagang benih) dalam
kegiatan produksi benih dan pemasarannya. Gerakan ini sangat memerlukan
dorongan dari organisasi non-pemerintah (LSM), khususnya pada masyarakat tidak
berorientasi komersial.
Pemuliaan
tanaman mencakup tindakan penangkaran koleksi bahan/material pemuliaan (dikenal
pula sebagai plasma nutfah atau germplasms),
penciptaan kombinasi sifat-sifat baru (biasanya melalui persilangan yang
intensif), dan seleksi terhadap bahan yang dimiliki. Semua tindakan ini
dilakukan setelah tujuan spesifik program pemuliaan ditentukan sebelumnya.[22]
Plasma
nutfah adalah bahan baku dasar pemuliaan karena di sini tersimpan berbagai
keanekaragaman sifat yang dimiliki oleh masing-masing nomor koleksi (aksesi).
Tanpa keanekaragaman, perbaikan sifat tidak mungkin dilakukan.
Usaha
pencarian plasma nutfah baru berarti eksplorasi ke tempat-tempat yang secara
tradisional menjadi pusat keanekaragaman
hayati (atau
hutan) atau dengan melakukan pertukaran koleksi. Lembaga-lembaga publik seperti
IRRI dan CIMMYT menyediakan koleksi plasma nutfah bagi publik secara bebas bea,
namun untuk kepentingan bisnis diatur oleh perjanjian antara pihak-pihak yang
terkait.
Keanekaragaman
dalam plasma nutfah merupakan bahan dasar untuk perakitan kultivar baru.
Apabila
aksesi tidak ada satu pun yang memiliki suatu sifat yang diinginkan, pemulia
tanaman melakukan beberapa cara untuk merakit individu yang memiliki sifat ini.
Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah introduksi bahan koleksi, persilangan, manipulasi kromosom, mutasi dengan paparan radioaktif atau
bahan kimia tertentu, penggabungan (fusi) protoplas/inti sel, manipulasi urutan gen, transfer gen, dan manipulasi regulasi gen.
Empat
cara yang disebut terakhir kerap dianggap sebagai bagian dari bioteknologipertanian (green biotechnology).
Tiga cara yang terakhir adalah bagian dari rekayasa genetika dan dianggap sebagai
"pemuliaan tanaman molekular" karena menggunakan metode-metode biologi
molekular.[23]
Mendatangkan
bahan tanam dari tempat lain (introduksi) merupakan cara paling sederhana untuk
meningkatkan keragaman (variabilitas) genetik. Seleksi penyaringan (screening)
dilakukan terhadap koleksi plasma nutfah yang didatangkan dari berbagai
tempat dengan kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Pengetahuan tentang pusat
keanekaragaman (diversitas) tumbuhan penting untuk penerapan cara ini.Keanekaragaman
genetik untuk
suatu spesies tidaklah sama di semua tempat di
dunia.N.I. Vavilov, ahli botani dari Rusia, memperkenalkan teori "pusat
keanekaragaman" (centers of origin) bagi keanekaragaman tumbuhan.
Contoh
pemuliaan yang dilakukan dengan cara ini adalah pemuliaan untuk berbagai jenis
tanaman buah asli Indonesia, seperti durian dan rambutan, atau tanaman pohon lain yang mudah
diperbanyak secara vegetatif, seperti ketela pohon danjarak pagar. Introduksi dapat dikombinasi dengan
persilangan.
Malai
padi dibungkus dengan kertas pelindung untuk mencegah penyerbukan yang tidak
dikehendaki. Persilangan masih menjadi tulang punggung industri perbenihan
sampai saat ini.
Persilangan
merupakan cara yang paling populer untuk meningkatkan variabilitas genetik,
bahkan sampai sekarang karena murah, efektif, dan relatif mudah dilakukan.
Berbagai galur hasil rekayasa genetika pun biasanya masih memerlukan beberapa
kali persilangan untuk memperbaiki penampilan sifat-sifat barunya.
Pada
dasarnya, persilangan adalah manipulasi komposisi gen dalam populasi.
Keberhasilan persilangan memerlukan prasyarat pemahaman akan prosesreproduksi tanaman yang bersangkutan (biologi
bunga). Berbagai macam skema persilangan telah dikembangkan (terutama pada
pertengahan abad ke-20) dan menghasilkan sekumpulan metode pemuliaan yang telah
diterapkan pada berbagai perusahaan perbenihan.
Walaupun
secara teknis relatif mudah, keberhasilan persilangan perlu mempertimbangkan
ketepatan waktu berbunga (sinkronisasi), keadaan lingkungan yang mendukung,
kemungkinan inkompatibilitas, dan sterilitas keturunan. Keterampilan teknis dari petugas persilangan
juga dapat berpengaruh pada keberhasilan persilangan. Pada sejumlah tanaman,
seperti jagung, padi, dan Brassica napus(rapa), penggunaan teknologi mandul
jantan dapat
membantu mengurangi hambatan teknis karena persilangan dapat dilakukan tanpa
bantuan manusia.
Semua
varietas unggul padi, jagung, dan kedelai yang ditanam di Indonesia saat ini
dirakit melalui persilangan yang diikuti dengan seleksi.
Yang
termasuk dalam cara ini adalah semua manipulasi ploidi, baik poliploidisasi (penggandaan genom) maupun pengubahan jumlah
kromosom. Gandum roti dikembangkan dari
penggabungan tiga genom spesies yang berbeda-beda.Semangka tanpa biji dikembangkan dari
persilangan semangka tetraploid dengan semangka diploid. Pengubahan jumlah kromosom (seperti
pembuatan galur trisomik atau monosomik) biasanya dilakukan sebagai alat
analisis genetik untuk menentukan posisi gen-gen yang mengatur sifat tertentu.
Galur dengan jumlah kromosom yang tidak berimbang seperti itu mengalami
hambatan dalam pertumbuhannya.
Teknik
pemuliaan ini sebenarnya juga mengandalkan persilangan dalam praktiknya.
Pemuliaan
tanaman dengan bantuan mutasi (dikenal pula sebagai pemuliaan
tanaman mutasi) adalah teknik yang pernah cukup populer untuk menghasilkan
variasi-variasi sifat baru. Teknik ini pertama kali diterapkan oleh Stadler
pada tahun 1924[24] tetapi prinsip-prinsip
pemanfaatannya untuk pemuliaan tanaman diletakkan oleh Ã…ke
Gustafsson dari Swedia.[24]Tanaman dipaparkan pada sinar radioaktif dari isotop tertentu (biasanya kobal-60) dengan dosis rendah sehingga tidak
mematikan tetapi mengubah sejumlah basa DNA-nya. Mutasi pada gen akan dapat
mengubah penampilan tanaman. Pada tanaman yang dapat diperbanyak secara
vegetatif, induksi jaringan kimera sudah cukup untuk menghasilkan
kultivar baru. Pada tanaman yang diperbanyak dengan biji, mutasi harus terbawa
oleh sel-sel reproduktif, dan generasi selanjutnya (biasa disebut M2, M3, dan
seterusnya) diseleksi.
Pemuliaan
mutasi sejak akhir abad ke-20 telah dilakukan pula dengan melakukan mutasi pada
jaringan yang dibudidayakan (kultur jaringan) atau dengan bantuan teknik TILLING. TILLING membantu mutasi secara lebih
terarah sehingga hasilnya lebih dapat diramalkan.[25]
Hingga
tahun 2006 telah dihasilkan lebih dari 2300 kultivar tanaman dengan mutasi, 566
di antaranya adalah tanaman hias.[26] Daftar kultivar dengan pemuliaan
mutasi dapat diakses pada http://www-mvd.iaea.org.
Alat
biolistik untuk transfer gen.
Transfer
gen sebagai alat untuk menghasilkan keragaman genetik tanaman mulai
dikembangkan sejak 1980-an, setelah orang menemukan enzim endonuklease
restriksidan
mengetahui cara menyisipkan fragmen DNA organisme asing ke dalam kromosom
penerima, dan diciptakannya alat sekuensing DNA. Teknik transfer gen juga memerlukan
keterampilan dalam budidaya jaringan untuk mendukung proses ini. Karena
memerlukan biaya sangat tinggi, hanya industri agrokimia yang sanggup
menggunakan metode ini. Akibat dari hal ini berkembanglah isu "penguasaan
gen" sebagai isu politik baru karena gen-gen "buatan" dan
kultivar yang dihasilkan dikuasai oleh segelintir perusahaan multinasional
besar.
Dalam
transfer gen, fragmen DNA dari organisme lain (baik mikroba, hewan, atau
tanaman), atau dapat pula gen sintetik, disisipkan ke dalam tanaman penerima
dengan harapan gen "baru" ini akan terekspresi dan meningkatkan
keunggulan tanaman tersebut. Strategi pemuliaan ini banyak mendapat penentangan
dari kelompok-kelompok lingkungan karena kultivar yang dihasilkan dianggap
membahayakan lingkungan jika dibudidayakan.
Penyaringan
adalah salah satu cara mengidentifikasi sifat yang dimiliki bahan
pemuliaan. Galur di sebelah kanan rentan terhadap kegaraman
tinggi, sedangkan di sebelah kiri toleran.
Bahan
atau materi pemuliaan dengan keanekaragaman yang luas selanjutnya perlu
diidentifikasi sifat-sifat khas yang dibawanya, diseleksi berdasarkan hasil
identifikasi sesuai dengan tujuan program pemuliaan, dan dievaluasi kestabilan
sifatnya sebelum dinyatakan layak dilepas kepada publik. Dalam proses ini
penguasaan berbagai metode percobaan, metode seleksi, dan juga
"naluri" oleh seorang pemulia sangat diperlukan.
Usaha
perluasan keanekaragaman akan menghasilkan banyak bahan yang harus
diidentifikasi. Pertimbangan sumber daya menjadi faktor pembatas dalam menguji
banyak bahan pemuliaan. Di masa lalu identifikasi dilakukan dengan pengamatan
yang mengandalkan naluri seorang pemulia dalam memilih beberapa individu unggulan.
Program pemuliaan modern mengandalkanrancangan
percobaan yang
diusahakan seekonomis tetapi seakurat mungkin. Percobaan dapat dilakukan
di laboratorium untuk pengujian genotipe/penanda
genetik atau biokimia, di rumah kaca untuk penyaringan ketahanan terhadap hama atau penyakit, atau lingkungan di bawah optimal,
serta di lapangan terbuka. Tahap identifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
terintegrasi dengan tahap seleksi.
Banyak
metode seleksi yang dapat diterapkan, penggunaan masing-masing ditentukan oleh
berbagai hal, seperti moda reproduksi (klonal, berpenyerbukan sendiri, atau
silang), heritabilitas sifat yang menjadi target
pemuliaan, serta ketersediaan biaya dan fasilitas, serta jenis kultivar yang
akan dibuat.
Tanaman
yang dapat diperbanyak secara klonal merupakan tanaman yang relatif mudah
proses seleksinya. Keturunan pertama hasil persilangan dapat langsung diseleksi
dan dipilih yang menunjukkan sifa-sifat terbaik sesuai yang diinginkan.
Seleksi massa dan seleksi galur murni dapat diterapkan terhadap tanaman
dengan semua moda reproduksi. Hasil persilangan tanaman berpenyerbukan sendiri
yang tidak menunjukkan depresi
silang-dalam seperti padi dan gandum dapat pula diseleksi
secara curah (bulk).
Teknik modifikasi seleksi galur murni yang sekarang banyak dipakai adalah keturunan biji tunggal (single seed descent, SSD)
karena dapat menghemat tempat dan tenaga kerja.
Terhadap
tanaman berpenyerbukan silang atau mudah bersilang, seleksi berbasis nilai pemuliaan (breeding value) dianggap yang paling efektif. Berbagai
metode, seperti seleksi "tongkol-ke-baris" (beserta modifikasinya),
seleksi saudara tiri, seleksi saudara kandung, dan seleksi saudara kandung timbal-balik (reciprocal selection),
diterapkan apabila tanaman memenuhi syarat perbanyakan seperti ini. Metode
seleksi timbal-balik yang berulang (recurrent reciprocal selection)
adalah program seleksi jangka panjang yang banyak diterapkan
perusahaan-perusahaan besar benih untuk memperbaiki lungkang gen (gene pool) yang mereka
miliki. Dua atau lebih lungkang gen perlu dimiliki dalam suatu program
pembuatan varietas hibrida.
Penggunaan
penanda genetik sangat membantu dalam mempercepat proses seleksi. Apabila dalam
pemuliaan konvensional seleksi dilakukan berdasarkan pengamatan langsung
terhadap sifat yang diamati, aplikasi pemuliaan tanaman dengan penanda
(genetik) dilakukan dengan melihat hubungan antara alel penanda dan sifat yang
diamati. Agar teknik ini dapat dilakukan, hubungan antara alel/genotipe penanda
dengan sifat yang diamati harus ditegakkan terlebih dahulu.
Bahan-bahan
pemuliaan yang telah terpilih harus dievaluasi atau diuji terlebih dahulu dalam
kondisi lapangan karena proses seleksi pada umumnya dilakukan pada lingkungan
terbatas dan dengan ukuran populasi kecil. Evaluasi dilakukan untuk melihat
apakah keunggulan yang ditunjukkan sewaktu seleksi juga dipertahankan dalam
kondisi lahan pertanian terbuka dan dalam populasi besar. Selain itu, bahan
pemuliaan terpilih juga akan dibandingkan dengan kultivar yang sudah lebih
dahulu dirilis. Calon kultivar yang tidak mampu mengungguli kultivar yang sudah
lebih dahulu dirilis akan dicoret dalam proses ini. Apabila bahan pemuliaan
lolos tahap evaluasi, ia akan dipersiapkan untuk dirilis sebagai kultivar baru.
Dalam
praktik, biasanya ada tiga jenis evaluasi atau pengujian yang diterapkan
sebelum suatu kultivar dilepas, yaitu uji pendahuluan (melibatkan
20-50 bahan pemuliaan terseleksi), uji daya hasil pendahuluan (maksimum
20), dan uji multilingkungan/multilokasi (atau uji daya hasil
lanjutan, biasanya kurang dari 10). Semakin lanjut tahap pengujian, ukuran plot
percobaan semakin besar. Setiap negara memiliki aturan tersendiri mengenai
bakuan untuk masing-masing jenis pengujian dan jenis tanaman.
Calon
kultivar yang akan dirilis/dilepas ke publik diajukan kepada badan pencatat
(registrasi) perbenihan untuk disetujui pelepasannya setelah pihak yang akan
merilis memberi informasi mengenai ketersediaan benih yang akan diperdagangkan.
Perbenihan
Benih
kultivar unggul yang dirilis dikuasai oleh pemulia yang merakitnya dan hak ini
dinamakan "perlindungan varietas" atau "hak pemulia" (breeder's
right). Benih di tangan pemulia disebut benih pemulia ("breeder
seed") dan terbatas jumlahnya. Benih pemulia tersedia hanya terbatas dan
perbanyakannya sepenuhnya dikontrol oleh pemulia.
Pemuliaan
tanaman masih menjadi salah satu tumpuan dalam usaha penyediaan pangan dunia;[27] meskipun demikian, sejumlah isu
dan keprihatinan telah dilemparkan terhadap program pemuliaan tanaman.
Penyempitan
keanekaragaman genetik merupakan isu mendasar yang telah disuarakan dan
disadari sejak awal pemuliaan tanaman modern. Akibat fokus pada peningkatan
produksi dan mutu hasil, sebagian kecil variasi genetik mendominasi pertanaman.
Seleksi yang dilakukan dalam program pemuliaan tanaman mengakibatkan sempitnya
keragaman genetik tanaman yang dibudidayakan. Keadaan diperparah dengan
sedikitnya pilihan kultivar yang ditanam petani karena tuntutan konsumen akan
keseragaman produk. Tanaman menjadi mudah terserang hama dan penyakit,
karena organisme
pengganggu lebih
tinggi plasitisitas fenotipiknya daripada tanaman budidaya.
Beberapa wabah besar telah terjadi akibat hal ini, seperti hawar
kentang, hawar jagung, dan tungro pada padi (lewat perantara wereng
coklat).
Suatu kajian terhadap kandungan gizi sejumlah kultivar tanaman sayuran kebun
dari tahun 1950 sampai 1999 menunjukkan efek kompensasi penurunan sejumlah
kandungan gizi akibat fokus diberikan kepada hasil, termasuk 6% protein dan 38% riboflavin (vitamin B2).[28] Sempitnya latar belakang genetik
juga akan menyebabkan stagnasi dalam program pemuliaan. Untuk mengatasi hal ini,
program pemuliaan modern memasukkan persilangan dengan kerabat jauh atau bahkan
spesies yang berbeda untuk memperluas variabilitas. Selain itu, persyaratan
kestabilan penampilan untuk sejumlah spesies tanaman diperlunak sehingga
kultivar yang bersifat spesifik lokasi juga dapat disetujui untuk dirilis.
Kebanyakan
kultivar tanaman masa kini dihasilkan oleh sebagian kecil perusahaan benih,
beberapa di antaranya bermodal kuat, transnasional, dan menguasai teknologi
tinggi. Masyarakat adat, yang sebelum terjadi industrialisasi pertanian
menguasai benih berangsur-angsur terdesak perannya dan petani lambat-laun
tergantung pada pasokan benih dari industri benih. Hal ini dipandang tidak adil
oleh anggota gerakan anti-globalisasi. Keadaan ini sedikit banyak merupakan
akibat dari Revolusi Hijau, yang berfokus pada peningkatan hasil, dan
pemberlakuan prinsip Perlindungan
Varietas Tanaman (Hak Cipta Pemulia Tanaman).
Salah
satu pemecahan yang ditawarkan adalah menggunakan konsep pemuliaan tanaman
partisipatif (participatory plant breeding). Melalui cara ini, plasma
nutfah tetap dikuasai oleh masyarakat pemilik plasma nutfah, tetapi industri
benih juga mendapat keuntungan dari pemanfaatan sumber daya genetik ini.
Berikut
adalah beberapa tokoh yang berperan dalam sejarah pemuliaan tanaman, mencakup
pemulia, teoretis, serta kritikus.
Sir Ronald
Fisher (1890–1962),
Britania Raya, teoretisi yang mampu menunjukkan bahwa Hukum Mendel bekerja pula
untuk sifat-sifat kuantitatif
Ingo Potrykus (1933– ), Jerman, perakit 'Golden
Rice' dan ketua Golden Rice Humanitarian Board
Nikolai Vavilov (1887–1943), Rusia/Uni Soviet,
teoritisi penyebaran tumbuhan dunia, kurator tumbuhan berguna
1.1 Latar Belakang
Perkembangbiakan tanaman secara generatif adalah melalui prosesperkawinan /
penyerbukan. Pembuahan sel telur dan perkembangannya hanyaakan terjadi jika
butir serbuk sari sampai kepada stigma. Penyerbukan berbedadengan pembuahan,
penyerbukan adalah peleburan gamet jantan dan gametbetina. Penyerbukan ada dua
macam, yaitu penyerbukan sendiri dan penyerbukansilang.
Penyerbukan sendiri adalah proses penyerbukan kepala putik oleh
serbuk sari yang berasal dari bunga itu sendiri atau dari bunga lain pada
tumbuhan yangsama.Alat reproduksi tanaman adalah bunga dan pada bunga pada
umumnyaterdapat struktur jantan (serbuk sari) dan betina (putik).
Pada saat bertemunya serbuk sari ke kepala putik maka terjadilah proses
penyerbukan yang nantinya akan menghasilkan buah dan terdapat biji
didalamnya untuk meneruskanketurunannya. Pola variasi genetik di alam sangat
ditentukan oleh mekanismepenyerbukan pada tanaman. Dalam proses penyerbukan
terdapat dua macampenyerbukan, yaitu penyerbukan terbuka (kasmogami) dan
penyerbukan tertutup (kleistogami).
Penyerbukan silang ialah proses perpindahan serbuk sari dari anther
bungatumbuhan ke stigma bunga tumbuhan lain yang sama atau species
yangberkerabat. Penyerbukan dapat dibantu oleh angin dan serangga, burung,
keong,dan binatang kecil lain. Contoh tanaman yang menyerbuk sendiri adalah
gandum,padi, kedelai dan lain-lain. Penyerbukan silang lebih umum terjadi
dibandingdengan penyerbukan sendiri. Penyerbukan silang menghasilkan kombinasi
satuanketurunan yang lebih beragam dari keduanya. Pengaruh langsung
daripenyerbukan silang adalah banyaknya spesies dari produksi biji yang
dihasilkandan bersifat lebih kuat dari turunannya.
Secara garis besar
Teknik penyerbukan silang buatan:
1. Persiapan
Pengamatan bunga : pembungaan, benang sari, putik
Mengumpulkan informasi mengenai : asal usul dan sifat tanaman, waktupenyerbukan
yang baik
Pemilihan induk jantan dan betina
Pemilihan bunga-bunga yang akan disilangkan
2.Kastrasi/emaskulasi
Membuang semua benang sari dari sebuah kuncup bunga yang akandijadikan induk
betina dalam penyerbukan silang
Dimaksudkan untuk menghindarkan penyerbukan sendiri
Dilakukan sebelum bunga mekar (putik dan benang sari belum
masak)
3. Isolasi
4. Pengumpulan dan
penyimpanan serbuk sari
5. Melakukan
penyerbukan silang
6. Pelabelan
7. Pendeteksian
Keberhasilan Persilangan Buatan
BAB II
.TINJAUAN PUSTAKA
Bunga merupakan fase penting dalam proses pembentukan biji. Padadasarnya bunga
terdiri dari beberapa organ, namun hanya dua organ saja yangterlibat dalam
pembentukan biji, yaitu benang sari (stamen) dan putik (pistil).
Benang sari menghasilkan serbuk sari yang masing-masing membentuk gametjantan.
Sedangkan putik akan membentuk bakal biji (ovulum) yang mengandungtelur. Pada
waktu proses penyerbukan, yaitu jatuhnya serbuk sari pada kepalaputik,
terbentuklah tabung serbuk sari, kemudian berlangsung pembuahan antarasperma
dengan telur. Proses akhir dari pembuahan ini adalah terbentuknya biji ( Hanum,
2008).
Agar persilangan
berhasil perlu diketahui tujuan dan prioritas persilangan serta sifat sifat
penting varietas atau spesies tetua yang akan disilangkan, terutamabiologi
bunga dan teknik persilangan. Terdapat perbedaan karakter morfologibiologi bunga
dalam hal arah tandan, bentuk dan posisi bunga hermaprodit,panjang tangkai,
panjang tandan, serta waktu dan lamanya berbunga (Rudi,
1996).
Persiapan untuk melakukan kastrasi dan
penyerbukan silang meliputi penyediaan alat-alat antara lain : pisau kecil yang
tajam, gunting kecil, pinset dengan ujung yang runcing, jarum yang panjang dan
lurus, alkohol (75-85%) atau spiritus dalam botol kecil untuk mensterilkan
alat-alat tersebut, wadah untuk tempat benang sari, sikat kecil untuk mengeluarkan
serbuk sari dari benang sari, kuas untuk meletakkan serbuk sari di atas kepala
putik dan kaca pembesar untuk memeriksa kebersihan kepala putik. Penutupan
bunga sebelum dan sesudah penyerbukan dapat menggunakan kantong dari
kain, kelambu, kantong plastik yang telah diberi lubang-lubang kecil untuk
pernafasan (peredaran udara) atau isolatif, sesuai dengan ukuran bunga.
Perlengkapan lain yang perlu disediakan yakni label dari kertas yang tahan air,
selanjutnya label tersebut diberi nomor urut. Untuk keperluan penyerbukan
silang antara jenis-jenis tertentu sebaiknya kertas label mempunyai warna
tertentu, misalnya untuk persilangan A X B warna labelnya merah, untuk A X C
warna labelnya putih, untuk D X B warnanya hijau dan seterusnya dengan warna lain.
Kastrasi adalah kegiatan membersihkan bagian tanaman yang
ada di sekitar bunga yang akan diemaskulasi dari kotoran, serangga,
kuncup-kuncup bunga yang tidak dipakai serta organ tanaman lain yang mengganggu
kegiatan persilangan. Membuang mahkota dan kelopak juga termasuk kegiatan
kastrasi. Kastrasi umumnya menggunakan gunting, pisau atau pinset.
Munculnya bunga jantan padatandan bunga berkisar antara 6-12 hari.
Kastrasi dilakukan setiap hari sesuai dengan kemunculan bunga jantan tersebut.
Ada beberapa cara untuk melakukankastrasi, yaitu: (1) menggunakan pompa
pengisap, (2) dengan perlakuan alkohol,dan (3) secara manual dengan pinset.
Kastrasi sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah persilangan pada saatbunga
jantan mulai muncul tetapi belum pecah, biasanya 1-2 kali setelah persilangan.
Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kerusakan mekanis tandanbunga. (Wawan, 2002).
Emaskulasi adalah kegiatan membuang alat kelamin jantan (stamen) pada tetua
betina, sebelum bunga mekar atau sebelum terjadi penyerbukan sendiri.
Emaskulasi terutama dilakukan pada tanaman berumah satu yang hermaprodit dan
fertil. Cara emaskulasi tergantung pada morfologi bunganya. Beberapa metode
emaskulasi yang umum digunakan adalah :
1. Metode Kliping
atau Pinset
Pada umumnya kuncup bunga dibuka dengan pinset atau dipotong dengan gunting,
kemudian anter atau stamen dibuang dengan pinset. Cara ini mudah dilakukan pada
tanaman yang bunganya relatif besar, misalnya cabai, kedelai, tomat dan
tembakau. Cara emaskulasi ini praktis, murah dan mudah dilakukan, namun
kemungkinan rusaknya putik dan pecahnya anter sangat besar, sehingga terjadinya
penyerbukan sendiri sangat besar.
Adapun cara melakukan
emaskulasi menggunakan metode ini adalah sebagai berikut :
a. Setelah dipilih
bunga yang akan digunakan sebagai betina, bagian ujung kuncup bunga
dipotong dengan pisau silet atau gunting, sehingga kepala putiknya kelihatan
jelas dari atas. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai
putiknya turut terpotong atau rusak.
b. Mahkota dari
kuncup bunga dibuka perlahan-lahan satu per satu dengan menggunakan pinset sampai
semua benang sari terlihat jelas dari luar. Bila perlu semua mahkota dibuang.
c. Benang sari dapat
dibuang satu per satu sampai habis dengan sebuah pinset.
d. Baik pinset,
maupun gunting kecil dan alat lain yang dipakai untuk emaskulasi bunga harus
steril. Setiap kali hendak di pakai, alat tersebut perlu dicelupkan ke dalam
spiritus atau alkohol 75-85% dan kemudian dilap sampai kering dan bersih.
e. Setelah melakukan
emaskulasi, pada tangkai bunga segera digantungkan sebuah label yang telah
diberi nomor.
2. Metode Pompa Isap
(Sucking Method)
Teknik ini mudah dilakukan pada padi. Pada tahap awal metode ini relatif mahal,
karena diperlukan biaya untuk pengadaan alat. Keuntungan menggunakan metode ono
adalah kemungkinan rusaknya kepala putik (stigma) dan pecahnya anter dan
penyerbukan sendiri sangat kecil. Teknik pengerjaannya adalah ujung bunga
dibuka dengan gunting, kemudian anter dihisap keluar dengan alat pompa hisap.
3. Metode Pencelupan
dengan Air Panas, Air Dingin atau Alkohol
Untuk tanaman yang bunganya kecil-kecil, seperti sorghum, rumput-rumputan dan
pakan, pembuangan stamen dengan menggunakan pinset atau gunting sangat sulit.
Cara emaskulasi untuk jenis bunga ini adalah dengan mencelupkan bunga ke dalam
air hangat yang mempunyai temperatur tertentu, biasanya antara 43-53 0C selama
1-10 menit. Cara ini mahal dan tidak praktis. Hal yang sama bisa dilakukan pada
air dingin atau alkohol.
4. Metode Kimia
Beberapa bahan kimia dapat mendorong terbentuknya mandul jantan (male
sterile) pada tanaman. Bahan kimia tersebut diantaranya adalah GA3, sodium
dichloroasetat, ethrel, GA4/7, 2,4 D, NAA. Caranya bahan tersebut disemprotkan
pada bunga yang sedang kuncup dengan konsentrasi tertentu.
5. Metode Jantan
Mandul
Pada beberapa tanaman menyerbuk sendiri seperti barley, sorghum, atau padi
pelaksanaan emaskulasinya sukar, maka bisa memanfaatkan tanaman mandul jantan
yaitu yang anternya steril dan tidak menghasilkan polen yang viabel. Sifat
mandul jantan ini bisa dikendalikan secara genetik maupun sitoplasmik.
Isolasi dilakukan agar bunga yang telah diemaskulasi tidak terserbuki oleh
serbuk sari asing. Dengan demikian baik bunga jantan maupun betina harus
dikerudungi dengan kantung. Kantung bisa terbuat dari kertas tahan air, kain,
plastik, selotipe dan lain-lain. Ukuran kantung disesuaikan dengan ukuran bunga
tanaman yang bersangkutan. Kantong tersebut harus memenuhi syarat-syarat
berikut :
1. Kuat dan tahan
hujan lebat dan panas terik matahari.
2. Tidak mengganggu
pernafasan bunga yang dibungkus
3. Bila terkena air
hujan dapat lekas kering, airnya dapat lekas menguap
4. Bahan yang dipakai untuk kantong tidak enak rasanya, agar tidak dimakan oleh
serangga atau binatang-binatang lainnya.
5. Kantongnya cukup besar, sehingga bila ada hujan turun, bunganya tidak akan
menempel pada kantong. Kantong tersebut dapat berbentuk silinder, yang
diperkuat dengan kerangka dari kawat atau bambu. Bila bunga yang dibungkus itu
kecil, cukuplah bunga itu ditutup dengan sebuah tudung plastik berukuran kecil.
Pengumpulan serbuk sari dari pohon tetua jantan dapat dimulai beberapa jam
sebelum kuncup-kuncup bunga itu mekar. Bila letak pohon tetua betina jauh dari
pohon tetua jantan, maka pengangkutan kuncup-kuncup bunga dari tetua jantan ke
tetua betina akan memakan waktu yang lama. Agar kuncup bunga itu tidak lekas
layu dan tahan lama dalam keadaan segar, hendaknya kuncup bunga itu dipetik dan
diangkut pada pagi hari sebelum matahari terbit atau pada sore hari setelah
matahari terbenam.
Serbuk sari adalah mahluk hidup, yang mempunyai umur terbatas dan kemudian
mati. Mutu serbuk sari dapat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain :
1. Kelembaban udara, pada kelembaban udara relatif yang tinggi serbuk sari
tidak tahan disimpan lama. Penyimpanan serbuk sari di tempat lembab akan
berakibat buruk, karena berpeluang berjangkit cendawan dan bakteri yang dapat
menyebabkan serbuk sari lekas mati.
2. Umur serbuk sari, makin tua umur serbuk sari, makin lamban akan
perkecambahannya dan tabung sari yang terbentuk akan lebih pendek. Selain itu
persentase butir-butir serbuk sari yang hidup akan terus menurun sampai pada
suatu saat tidak ada serbuk sari lagi yang dapat berkecambah.
3. Suhu udara, pada tempat yang udaranya kering dan pada suhu rendah, serbuk
sari dapat disimpan sampai beberapa minggu dalam keadaan tertutup.
Di laboratorium, serbuk sari biasanya disimpan pada suhu antara 2-8 OC
dan pada kelembaban udara antara 10% sampai 50%. Penyimpanannya dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut: terlebih dahulu serbuk sarinya dimasukkan ke dalam
tabung gelas. Kemudian tabungnya diletakkan dalam exsicator (desiccator) yang
telah diisi dengan CaCl2 atau dengan larutan H2SO4 pada konsentrasi tertentu,
misalnya antara 10-70%. Maksudnya agar dapat menyerap uap air dari udara cukup
banyak. Untuk menyimpan serbuk sari bunga karet dari jenis No. PR 107 biasanya
dipakai konsentrasi 27% H2SO4 dan untuk serbuk sari dari jenis karet No. AV 157
dipakai konsentrasi 35% H2SO4.
Pengumpulan Tepung Sari Tepung sari dikumpulkan dengan dua cara, yaitu:
1.Mengambil kotak sari yang belum pecah dengan pinset, dikumpulkan pada suatu
tempat (petridish), kemudian digerus sampai halus dan diberi air steril.
Setelah itu, tepung sari siap digunakan untuk
persilangan dengan cara mengoleskan gerusan tersebut ke bunga betina yang sudah
dipilih dan masihreseptif. 2. Tepung sari ditampung dalam botol kecil
berdiameter 1,50 cm dan panjang 6cm. Botol digantung atau dikaitkan pada tangkai
batang atau tangkai tandan dengan menggunakan perekat, kemudian bagian ujung
botol ditutup dengan alumenium foil .
Keesokan harinya botol tersebut dikumpulkan. Sebelum dikumpulkan, botol-botol
tersebut diketuk-ketuk dengan jari telunjuk agar tepung sari barjatuhan ke
dalam botol. Tepung sari yang sudah tertampung siap digunakan sebagai bahan
untuk persilangan dengan menambahkan air + 2 ml,kemudian diaduk dengan kuas dan
dioleskan ke tandan bunga betina yangsudah dipilih (Hamid, 1989).
Penyerbukan buatan dilakukan antara tanaman yang berbeda genetiknya.
Pelaksanaannya terdiri dari pengumpulan polen (serbuk sari) yang viabel atau
anter dari tanaman tetua jantan yang sehat, kemudian menyerbukannya ke stigma
tetua betina yang telah dilakukan emaskulasi.
Saat yang paling baik untuk melakukan persilangan buatan adalah padasaat bunga
betina telah mekar ½ sampai 3/4 bagian dan kepala putik berwarnaputih. Pada
saat itu, bunga jantan (benang sari) pada tandan tersebut belum masak atau
pecah.
Beberapa cara
penyerbukan buatan yang bisa dilakukan adalah:
1. Tandan bunga yang
telah dikastrasi diserbuki tepung sari dengan menggunakan kuas.
Tepung sari bisa
dalam keadaan kering atau basah (dilarutkan dalam + 2ml air steril), kemudian dioleskan
pada kepala putik. Persilangan dilakukan 2-3kali sampai bunga betina tidak
reseptif lagi.
2. Tandan bunga
betina yang telah reseptif ditempelkan pada tandan bunga jantan yang telah
mekar dan tepung sarinya telah pecah.
3. Tandan bunga
betina yang masih reseptif tetapi belum pecah kotak sarinya diolesi bunga
jantan yang kotak sarinya telah pecah. Persilangan diulang 2-3kali pada hari
berikutnya. Kastrasi dilakukan 1-2 hari setelah persilangansampai seluruh bunga
jantan dalam satu tandan habis (Paristiyani, 2008).
Ukuran dan bentuk label berbeda-beda. Pada dasarnya label terbuat dari kertas
keras tahan air, atau plastik. Pada label antara lain tertulis informasi
tentang: (1) Nomor yang berhubungan dengan lapangan, (2) Waktu emaskulasi, (3)
waktu penyerbukan, (4) Nama tetua jantan dan betina, (5) Kode
pemulia/penyilang.
Pendeteksian Keberhasilan Persilangan Buatan ,keberhasilan suatu persilangan
buatan dapat dilihat kira-kira satu minggu setelah dilakukan penyerbukan
(Gambar 6). Jika calon buah mulai membesar dan tidak rontok maka kemungkinan
telah terjadi pembuahan. Sebaliknya, jika calon buah tidak membesar atau rontok
maka kemungkinan telah terjadi kegagalan pembuahan. Keberhasilan penyerbukan
buatan yang kemudian diikuti oleh pembuahan dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah kompatibilitas tetua, ketepatan waktu reseptif betina dan
antesis jantan, kesuburan tanaman serta faktor lingkungan.
Kompatibilitas tetua terkait dengan gen-gen yang terkandung pada tetua jantan
dan betina. Waktu reseptif betina dan antesis jantan dapat dilihat ciri
morfologi bunga. Bunga yang terbaik adalah bunga yang akan mekar pada hari
tersebut. Sementara itu, faktor lingkungan yang berpengaruh pada keberhasilan
persilangan buatan adalah curah hujan, cahaya mahatari, kelembaban dan suhu.
Curah hujan dan suhu tinggi akan menyebabkan rendahnya keberhasilan persilangan
buatan.
Pada persilangan buatan tanaman hermaprodit atau juga tanaman lainnya, biji
yang dihasilkan belum tentu merupakan hasil persilangan buatan. Bisa jadi biji
tersebut merupakan hasil selfing (untuk bunga hermaprodit) atau hasil
persilangan tanaman lain (karena proses isolasi yang tidak sempurna). Hal
tersebut dapat dideteksi dengan bantuan penanda, baik berupa penanda morfologi
maupun penanda molekuler.
Sifat kualitatif tanaman dapat digunakan sebagai penanda morfologi. Sebagai
contoh buah muda cabai ada yang berwana hijau tua, hijau muda, kuning atau atau
ungu. Buah muda cabai dapat digunakan sebagai penanda morfologi. Jika cabai
dengan buah berwarna hijau tua disilangkan dengan cabai dengan buah berwarna
ungu maka akan menghasilkan F1 dengan buah berwarna ungu. Jika buah F1 yang
dihasilkan tidak berwarna ungu maka kemungkinan terjadi selfing atau
penyerbukan dari serbuk sari cabai lain. Hal yang sama dapat digunakan untuk
penanda molekuler.
Pada biji tanaman yang ada pengaruh metaxenia seperti jagung, keberhasilan
persilangan buatan sudah dapat dideteksi tanpa menanam F1. Jagung yang
seharusnya mempunyai warna biji putih jika diserbuki dengan serbuk sari jagung
dengan warna biji kuning akan berwarna kuning. Contoh lain adalah jagung manis
jika diserbuki oleh jagung tidak manis akan menghasilkan biji-biji yang tidak
manis.
Pada
pengamatan morfologi bunga, yang digunakan sebagai objek pengamatan adalah
bunga tembakau. Bunga tembakau termasuk bunga dalam golongan jenis tercampur,
berumah dua (hermafrodit) memiliki rumus bunga , , K
5, C 5, A5, G1.
Bila dillihat dari bentuk bunganya yang kecil dan letak putik dan benang sari
saling berdekatan dan selalu menempel, bunga cabai termasuk melakukan penyerbukan
sendiri (autogami).
Teknik hibridisasi atau penyerbukan silang buatan adalah teknik yangdimaksudkan
untuk menggabungkan sifat-sifat baik yang dimiliki oleh induk jantan dan
induk betina, dengan harapan akan diperoleh keturunan yang memilikigabungan
dari sifat-sifat baik tersebut. Sebelum melakukan hibridisasi dilakukan langkah
kastrasi yaitu pengebirian organ kelamin jantan yang mendekati matang.
Teknik tersebut dilakukan sebelum bunga
mekar (putik dan benang sari belummasak). Langkah kastrasi dlakukan untuk
mencegah terjadinya penyerbukan sendiri secara alami yang tidak diinginkan,
sehingga bila tidak dilakukan kastrasimaka bunga tersebut akan melakukan
penyerbukan sendiri secara alami danapabila telah terjadi penyerbukan maka
teknik hibridisasi tidak akan
bisadilakukan.
Teknik kastrasi biasanya dilakukan pada pagi hari sebelum
bunga mekar dan benang sari yang belum matang masih dalam keadaan bagus.
Dan teknik hibridisasi dilakukan pada sore atau pagi hari. Teknik kastrasi
dan hibridisasi yangmemperhitungkan waktu dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
kegagalandalam kastrasi dan hibridisasi. Pada teknik kastrasi, pada pagi hari
dilakukansebelum bunga mekar dan belum melakukan penyerbukan, hal itu
dikarenakanbunga pada umumnya mekar sempurna dan masih dalam keadaan segar padapukul
06.00 hingga 08.00. apabila dilakukan kastrasi lewat pagi hari dan sesudahbunga
mekar, maka serbuk sari akan terlebih dahulu menyerbuki bunga betina danteknik
hibridisasi akan gagal dan tidak dapat
dilakukan.
Teknik hibridisasi dilakukan pada pagi atau sore hari
bertujuan untuk menambah kemungkinan berhasil karena pada pagi hari atau
sore hari bungamekar sempurna dan dalam keadaan segar. Pada saat matang, putik
akan menghasilkan suatu cairan pelekat yang digunakan untuk melekatkan benang
sari.Pada siang hari cairan tersebut akan kering dan jika dilakukan hibridisasi
makakemungkinan besar benang sari tidak akan menempel pada kepala putik dankeberhasilan
hibridisasi akan
berkurang.
Benang sari yang disimpan terlalu
lama setelah kastrasi juga tidak baik karena akan menurunkan kualtitas sel
spermajantan. Setelah melakukan kastrasi maka perlakuan hibridisasi diharapkan
dilakukan pada hari yang sama yaitu kastrasi pada pagi hari sebelum matahari
terbit dan hibridisasi pada sore harinnya pada hari yang sama.Pada bunga,
terkadang terjadi inkompatibilitas. Inkompatibilitas adalah gejala kegagalan
tanaman dengan tepung sari dan bakal biji yang normal untuk membuat biji
sebagai akibat penghalang fisiologis, sehingga tidak terjadi pembuahan. Pada
bunga yang mengalami inkompatibilitas tidak akan dapatmelakukan penyerbukan
secara alami dan harus dilakukan perlakuan penyerbukansecara buatan. Ada
beberapa teknik dalam cara mengatasi penyerbukan bungayang inkompatibel yaitu
dengan cara Suhu tinggi. Pistil yg diekspos sampai suhu 60 oC, untuk
merangsang kesuburan. Cara lain yaitu Irradiasi. Pada Solanaceae, X-ray atau
gamma ray untuk menginduksi kesuburan sementara. Dengan cara yang lebih
sederhana yaitu Polinasi berganda, Polinasi kuncup (bud pollination):
polinasi biasanya dilakukan 1 ± 2 hari sebelum bunga mekar/anthesism,
Surgicaltechnique : potong/hilangkan stigma dan pollen diletakkan pada potongan
style.
BAB III
BAHAN DAN METODA
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Padang pada hari rabu tanggal 2 november 2011 pada pukul 10.30 WIB sampai
selesai
3.2 Bahan dan alat
Bahan yang
diperlukan pada praktikum ini adalah , Bunga tanaman padi (jantan
& betina) beda varietas , Kertas sampul, Kertas label . Sedangkan alat yang
diperlukan adalah Pollen bag, Ear tube, dan Pinset.
3.3 Cara Kerja
Pertama tama dilakukan Persiapan yaitu Pengamatan bunga : pembungaan, benang
sari, putik , selanjutnya mengumpulkan informasi mengenai asal usul
dan sifat tanaman, waktu penyerbukan yang baik , pemilihan induk
jantan dan betina, pemilihan bunga-bunga yang akan disilangkan. Langkah
selanjutnya adalah Kastrasi/emaskulasi yaitu membuang semua benang sari dari
sebuah kuncup bunga yang akan dijadikan induk betina dalam penyerbukan
silang dimaksudkan untuk menghindarkan penyerbukan sendiri ,dilakukan sebelum
bunga mekar (putik dan benang sari belum
masak)
Kemudian dilakukan Isolasi , langkah selanjutnya adalah pengumpulan dan
penyimpanan serbuk sarikemudian melakukan penyerbukan silang selanjutnya
dilakukan Pelabelan dan langkah terakhir adalah pendeteksian Keberhasilan
Persilangan Buatan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tanaman Padi termasuk bunga hermafrodit karena organ kelamin jantan dan organ
kelamin betina terletak pada satu bunga yang sama. Jika dilihat dari bentuk
bunga, organ kelamin jantan dan organ kelamin betina yang letaknya berdekatan
maka bunga tersebut melakukan penyerbukan secara autogami (penyerbukan
sendiri). Alasan dilakukan kastrasi pada pagi hari sebelum matahari terbit dan
sebelum bunga mekar adalah untuk mencegah penyerbukan secara alami pada saat
bunga sudah mekar dan pada teknik hibridisasi dilakukan pada pagi atau sorehari
karena putik dapat menagkap serbuk sari dengan sempurna pada saat keadaan putik
masih segar.
4.2 Saran
Saran saya pada praktikum berikutnya adalah agar para praktikan dapat melakukan
persilangan buatan ini harus melakukannya dengan sungguh sungguh dan teliti
khususnya dalam pencabutan alat kelamin jantan. Dan agar lebih terlatih lagi
sebaiknya teknik persilangan ini dilakukan berkali kali.
Tujuan
Tujuan dari praktikum
ini adalah untuk melatih mahasiswa melakukanpersilangan dan penyerbukan
sendiri.
Bahan dan Metode
Alat persilangan1.
Seperangkat alat
kastrasi yang terdiri dari gunting, pinset, label, alat tulis,keertas, dan
benang2.
Kantong kertas
(sungkup)
Bahan tanaman1.
Cabai varietas Titi
Super2.
Cabai genotip
F8009019-3-1Secara umum, tahapan hibridisasi adalah persiapan, kastrasi,
emaskulasiatau pengibirian, isolasi, pengumpulan serbuk sari, pollenisasi
(penyerbukan), danlabelisasi (pelabelan).Pada teknik hibridisasi buatan hal
pertama yang dilakukan adalahpemilihan tetua. Pemilihan tetua tergantung pada
karakter apa yang dibutuhkanoleh pemulia tanaman. Pemilihan karakter kualitatif
jauh lebih mudahdibandingkan dengan karakter kuantitatif, karena perbedaan
fenotip belum tentudisebabkan oleh genotip yang berbeda. Emaskulasi merupakan
langkah keduasetelah pemilihan tetua. Emaskulasi adalah pembuangan alat kelamin
jantan padatetua yang ditujukan sebagai tetua betina. Emaskulasi dapat
dilakukan denganbeberapa cara yaitu; secara mekanis, fisika, dan kimia. Pada
praktikum kali iniemaskulasi dilakukan secara mekanis. Penyungkupan dan
pelabelan dilakukansetelah emaskulasi selesai dilakukan dengan tujuan agar
terhindar daripenyerbukan yang tidak diinginkan dan untuk menghindari kesalahan.
Setelahemaskulasi selesai, dilanjutkan dengan kegiatan penyerbukan.
Penyerbukandilakukan tergantung kepada serbuksari matang dan kepala putik
reseptif. Waktuyang diperlukan untuk emaskulasi sampai penyerbukan cukup
bervariasi padabeberapa jenis tanaman (Nasir, 2001).
PENDAHULUAN
Latar belakang
Hibridisasi (persilangan) adalah
penyerbukan silang antara tetua yang berbeda susunan genetiknya. Pada tanaman
menyerbuk sendiri hibridisasi merupakan langkah awal pada program pemuliaan
setelah dilakukan pemilihan tetua. Umumnya program pemuliaan tanaman menyerbuk
sendiri dimulai dengan menyilangkan dua tetua homozigot yang berbeda
genotipenya. Pada tanaman menyerbuk silang, hibridisasi biasanya digunakan
untuk menguji potensi tetua atau pengujian ketegaran hibrida dalam rangka
pembentukan varietas hibrida. Selain itu, hibridisasi juga dimaksugkan untuk
memperluas keragaman.
Tujuan utama melakukan persilangan
adalah (1) Menggabungkan semua sifat baik ke dalam satu genotipe baru; (2)
Memperluas keragaman genetik; (3). Memanfaatkan vigor hibrida; atau (4) Menguji
potensi tetua (uji turunan). Dari keempat tujuan utama ini dapat disimpulkan
bahwa hibridisasi memiliki peranan penting dalam pemuliaan tanaman, terutama
dalam hal memperluas keragaman dan mendapatkan varietas unggul yang diinginkan.
Seleksi akan efektif apabila populasi yang diseleksi mempunyai keragaman
genetik yang luas.
Varietas unggul baru dari tanaman
menyerbuk sendiri biasanya merupakan hasil seleksi pada populasi keturunan
hasil persilangan. Sebaliknya, pembentukan hibrida unggul pada tanaman
menyerbuk silang harus diawali dengan menyerbuk sendiri secara buatan.
Keberhasilan penyerbukan buatan sangat tergantung pada faktor internal
(tanaman) dan faktor eksternal (cuaca). Faktor internal yang terpenting adalah
saat masaknya kelamin. Penyerbukan buatan sebaiknya dilakukan pada saat serbuk
sari (pollen) sudah masak tetapi belum mati dan putik siap untuk dibuahi
(reseptif). Cuaca yang cerah dan tidak ada angin akan mendukung keberhasilan
penyerbukan.
Tujuan
Praktikum kali ini bertujuan
mempelajari proses, tahap-tahap hibridisasi buatan pada tanaman serta
mendapatkan varietas unggu baru yang sesuai dengan keinginan.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan pada 11 Maret
2011 di kebun percobaan Leuwikopo Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Teknik Hibridisasi
Buatan
Pada garis besarnya persilangan
mencakup kegiatan (1) persiapan, (2) kastrasi, (3) emaskulasi, (4) Isolasi, (5)
pengumpulan serbuk sari, (6) penyerbukan dan (7) pelabelan.
Persiapan
Persiapan untuk melakukan kastrasi
dan penyerbukan silang meliputi penyediaan alat-alat antara lain : pisau kecil
yang tajam, gunting kecil, pinset dengan ujung yang runcing, jarum yang panjang
dan lurus, alkohol (75-85%) atau spiritus dalam botol kecil untuk mensterilkan
alat-alat tersebut, wadah untuk tempat benang sari, sikat kecil untuk
mengeluarkan serbuk sari dari benang sari, kuas untuk meletakkan serbuk sari di
atas kepala putik dan kaca pembesar untuk memeriksa kebersihan kepala putik.
Penutupan bunga sebelum dan
sesudah penyerbukan dapat menggunakan
kantong dari kain, kelambu, kantong plastik yang telah diberi lubang-lubang
kecil untuk pernafasan (peredaran udara) atau isolatif, sesuai dengan ukuran
bunga.
Perlengkapan lain yang perlu
disediakan yakni label dari kertas yang tahan air, selanjutnya label tersebut diberi
nomor urut. Untuk keperluan penyerbukan silang antara jenis-jenis tertentu
sebaiknya kertas label mempunyai warna tertentu, misalnya untuk persilangan A X
B warna labelnya merah, untuk A X C warna labelnya putih, untuk D X B warnanya
hijau dan seterusnya dengan warna lain.
Kastrasi
Kastrasi adalah kegiatan
membersihkan bagian tanaman yang ada di sekitar bunga yang akan diemaskulasi
dari kotoran, serangga, kuncup-kuncup bunga yang tidak dipakai serta organ
tanaman lain yang mengganggu kegiatan persilangan. Membuang mahkota dan kelopak
juga termasuk kegiatan kastrasi. Kastrasi umumnya menggunakan gunting, pisau
atau pinset.
Emaskulasi
Emaskulasi adalah kegiatan membuang
alat kelamin jantan (stamen) pada tetua betina, sebelum bunga mekar atau
sebelum terjadi penyerbukan sendiri. Emaskulasi terutama dilakukan pada tanaman
berumah satu yang hermaprodit dan fertil. Cara emaskulasi tergantung pada
morfologi bunganya. Beberapa metode emaskulasi yang umum digunakan adalah :
1. Metode Kliping
atau Pinset
Pada umumnya kuncup bunga dibuka
dengan pinset atau dipotong dengan gunting, kemudian anter atau stamen dibuang
dengan pinset. Cara ini mudah dilakukan pada tanaman yang bunganya relatif
besar, misalnya cabai, kedelai, tomat dan tembakau. Cara emaskulasi ini
praktis, murah dan mudah dilakukan, namun kemungkinan rusaknya putik dan
pecahnya anter sangat besar, sehingga terjadinya penyerbukan sendiri sangat
besar.
Adapun cara melakukan emaskulasi
menggunakan metode ini adalah sebagai berikut :
a. Setelah dipilih
bunga yang akan digunakan sebagai betina, bagian ujung kuncup bunga dipotong dengan pisau silet atau
gunting, sehingga kepala putiknya kelihatan jelas dari atas. Pekerjaan ini
harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai putiknya turut terpotong atau
rusak.
b. Mahkota dari
kuncup bunga dibuka perlahan-lahan satu per satu dengan menggunakan pinset
sampai semua benang sari terlihat jelas dari luar. Bila perlu semua mahkota
dibuang.
c. Benang sari dapat
dibuang satu per satu sampai habis dengan sebuah pinset.
d. Baik pinset,
maupun gunting kecil dan alat lain yang dipakai untuk emaskulasi bunga harus
steril. Setiap kali hendak di pakai, alat tersebut perlu dicelupkan ke dalam
spiritus atau alkohol 75-85% dan kemudian dilap sampai kering dan bersih.
e. Setelah melakukan
emaskulasi, pada tangkai bunga segera digantungkan sebuah label yang telah
diberi nomor.
2. Metode Pompa Isap
(Sucking Method)
Teknik ini mudah dilakukan pada
padi. Pada tahap awal metode ini relatif mahal, karena diperlukan biaya untuk
pengadaan alat. Keuntungan menggunakan metode ono adalah kemungkinan rusaknya
kepala putik (stigma) dan pecahnya anter dan penyerbukan sendiri sangat kecil.
Teknik pengerjaannya adalah ujung bunga dibuka dengan gunting, kemudian anter
dihisap keluar dengan alat pompa hisap.
3. Metode Pencelupan
dengan Air Panas, Air Dingin atau Alkohol
Untuk tanaman yang bunganya
kecil-kecil, seperti sorghum, rumput-rumputan dan pakan, pembuangan stamen
dengan menggunakan pinset atau gunting sangat sulit. Cara emaskulasi untuk
jenis bunga ini adalah dengan mencelupkan bunga ke dalam air hangat yang
mempunyai temperatur tertentu, biasanya antara 43-53 0C selama 1-10 menit. Cara
ini mahal dan tidak praktis. Hal yang sama bisa dilakukan pada air dingin atau
alkohol.
4. Metode Kimia
Beberapa bahan kimia dapat mendorong
terbentuknya mandul jantan (male sterile) pada tanaman. Bahan kimia
tersebut diantaranya adalah GA3, sodium dichloroasetat, ethrel, GA4/7, 2,4 D,
NAA. Caranya bahan tersebut disemprotkan pada bunga yang sedang kuncup dengan
konsentrasi tertentu.
5. Metode Jantan
Mandul
Pada beberapa tanaman menyerbuk
sendiri seperti barley, sorghum, atau padi pelaksanaan emaskulasinya sukar,
maka bisa memanfaatkan tanaman mandul jantan yaitu yang anternya steril dan tidak
menghasilkan polen yang viabel. Sifat mandul jantan ini bisa dikendalikan
secara genetik maupun sitoplasmik.
Isolasi
Isolasi dilakukan agar bunga yang
telah diemaskulasi tidak terserbuki oleh serbuk sari asing. Dengan demikian
baik bunga jantan maupun betina harus dikerudungi dengan kantung. Kantung bisa
terbuat dari kertas tahan air, kain, plastik, selotipe dan lain-lain. Ukuran
kantung disesuaikan dengan ukuran bunga tanaman yang bersangkutan. Kantong
tersebut harus memenuhi syarat-syarat berikut :
1. Kuat dan tahan
hujan lebat dan panas terik matahari.
2. Tidak mengganggu
pernafasan bunga yang dibungkus
3. Bila terkena air
hujan dapat lekas kering, airnya dapat lekas menguap
4. Bahan yang dipakai
untuk kantong tidak enak rasanya, agar tidak dimakan oleh serangga atau
binatang-binatang lainnya.
5. Kantongnya cukup
besar, sehingga bila ada hujan turun, bunganya tidak akan menempel pada
kantong. Kantong tersebut dapat berbentuk silinder, yang diperkuat dengan
kerangka dari kawat atau bambu. Bila bunga yang dibungkus itu kecil, cukuplah
bunga itu ditutup dengan sebuah tudung plastik berukuran kecil.
Pengumpulan Serbuk
Sari
Pengumpulan serbuk sari dari pohon
tetua jantan dapat dimulai beberapa jam sebelum kuncup-kuncup bunga itu mekar.
Bila letak pohon tetua betina jauh dari pohon tetua jantan, maka pengangkutan
kuncup-kuncup bunga dari tetua jantan ke tetua betina akan memakan waktu yang
lama. Agar kuncup bunga itu tidak lekas layu dan tahan lama dalam keadaan
segar, hendaknya kuncup bunga itu dipetik dan diangkut pada pagi hari sebelum
matahari terbit atau pada sore hari setelah matahari terbenam.
Serbuk sari adalah mahluk hidup,
yang mempunyai umur terbatas dan kemudian mati. Mutu serbuk sari dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain :
1. Kelembaban udara,
pada kelembaban udara relatif yang tinggi serbuk sari tidak tahan disimpan
lama. Penyimpanan serbuk sari di tempat lembab akan berakibat buruk, karena
berpeluang berjangkit cendawan dan bakteri yang dapat menyebabkan serbuk sari
lekas mati.
2. Umur serbuk sari,
makin tua umur serbuk sari, makin lamban akan perkecambahannya dan tabung sari
yang terbentuk akan lebih pendek. Selain itu persentase butir-butir serbuk sari
yang hidup akan terus menurun sampai pada suatu saat tidak ada serbuk sari lagi
yang dapat berkecambah.
3. Suhu udara, pada
tempat yang udaranya kering dan pada suhu rendah, serbuk sari dapat disimpan
sampai beberapa minggu dalam keadaan tertutup.
Di laboratorium, serbuk sari
biasanya disimpan pada suhu antara 2-8 0C dan pada kelembaban udara antara 10%
sampai 50%. Penyimpanannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: terlebih
dahulu serbuk sarinya dimasukkan ke dalam
tabung gelas.
Kemudian tabungnya diletakkan dalam exsicator (desiccator) yang telah
diisi dengan CaCl2 atau dengan larutan H2SO4 pada konsentrasi tertentu,
misalnya antara 10-70%. Maksudnya agar dapat menyerap uap air dari udara cukup
banyak. Untuk menyimpan serbuk sari bunga karet dari jenis No. PR 107 biasanya
dipakai konsentrasi 27% H2SO4 dan untuk serbuk sari dari jenis karet No. AV 157
dipakai konsentrasi 35% H2SO4.
Penyerbukan
Penyerbukan buatan dilakukan antara
tanaman yang berbeda genetiknya. Pelaksanaannya terdiri dari pengumpulan polen
(serbuk sari) yang viabel atau anter dari tanaman tetua jantan yang sehat,
kemudian menyerbukannya ke stigma tetua betina yang telah dilakukan emaskulasi.
Cara melakukan penyerbukan :
1. Menggunakan kuas,
pinset, tusuk gigi yang steril, yaitu dengan mencelupkan alat-alat tersebut ke
alkohol pekat, biarkan kering kemudian celupkan ke polen dan oleskan ke stigma.
2. Mengguncangkan
bunga jantan di atas bunga betina, sehingga polen jantan jatuh ke stigma bunga
tetua betina yang telah diemaskulasi. Cara ini biasanya digunakan untuk
persilangan padi dan jagung.
Pelabelan
Ukuran dan bentuk label
berbeda-beda. Pada dasarnya label terbuat dari kertas keras tahan air, atau
plastik. Pada label antara lain tertulis informasi tentang: (1) Nomor yang
berhubungan dengan lapangan, (2) Waktu emaskulasi, (3) waktu penyerbukan, (4)
Nama tetua jantan dan betina, (5) Kode pemulia/penyilang.
Pendeteksian
Keberhasilan Persilangan Buatan
Keberhasilan suatu persilangan
buatan dapat dilihat kira-kira satu minggu setelah dilakukan penyerbukan
(Gambar 6). Jika calon buah mulai membesar dan tidak rontok maka kemungkinan
telah terjadi pembuahan. Sebaliknya, jika calon buah tidak membesar atau rontok
maka kemungkinan telah terjadi kegagalan pembuahan. Keberhasilan penyerbukan
buatan yang kemudian diikuti oleh pembuahan dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah kompatibilitas tetua, ketepatan waktu reseptif betina dan
antesis jantan, kesuburan tanaman serta faktor lingkungan. Kompatibilitas tetua terkait dengan gen-gen
yang terkandung pada tetua jantan dan betina. Waktu reseptif betina dan antesis
jantan dapat dilihat ciri morfologi bunga. Bunga yang terbaik adalah bunga yang
akan mekar pada hari tersebut. Sementara itu, faktor lingkungan yang
berpengaruh pada keberhasilan persilangan buatan adalah curah hujan, cahaya
mahatari, kelembaban dan suhu. Curah hujan dan suhu tinggi akan menyebabkan
rendahnya keberhasilan persilangan buatan.
Pada persilangan buatan tanaman
hermaprodit atau juga tanaman lainnya, biji yang dihasilkan belum tentu
merupakan hasil persilangan buatan. Bisa jadi biji tersebut merupakan hasil
selfing (untuk bunga hermaprodit) atau hasil persilangan tanaman lain (karena proses
isolasi yang tidak sempurna). Hal tersebut dapat dideteksi dengan bantuan
penanda, baik berupa penanda morfologi maupun penanda molekuler.
Sifat kualitatif tanaman dapat
digunakan sebagai penanda morfologi. Sebagai contoh buah muda cabai ada yang berwana
hijau tua, hijau muda, kuning atau atau ungu. Buah muda cabai dapat digunakan
sebagai penanda morfologi. Jika cabai dengan buah berwarna hijau tua
disilangkan dengan cabai dengan buah berwarna ungu maka akan menghasilkan F1
dengan buah berwarna ungu. Jika buah F1 yang dihasilkan tidak berwarna ungu
maka kemungkinan terjadi selfing atau penyerbukan dari serbuk sari cabai
lain. Hal yang sama dapat digunakan untuk penanda molekuler.
Pada biji tanaman yang ada pengaruh
metaxenia seperti jagung, keberhasilan persilangan buatan sudah dapat dideteksi
tanpa menanam F1. Jagung yang seharusnya mempunyai warna biji putih jika
diserbuki dengan serbuk sari jagung dengan warna biji kuning akan berwarna
kuning. Contoh lain adalah jagung manis jika diserbuki oleh jagung tidak manis
akan menghasilkan biji-biji yang tidak manis.
Karateristik indukan
1. Indukan betina
a.
Daun
Bentuk daun lanceolate
Warna daun hijau
b.
Batang
Bentuk batang cylindrikal
c.
Buah
Bentuk buah elongate
Warna buah muda hijau
Warna buah matang merah
d.
Bunga
Posisi bunga pendant
Jumlah bunga per axil 1
e.
Tipe pertumbuhan tanaman
Erect
f.
Tipe penyerbukan
Penyerbukan sendiri
1. Indukan jantan
a.
Daun
Bentuk daun lanceolate
Warna daun hijau
b.
Batang
Bentuk batang cylindrikal
c.
Buah
Bentuk buah tiangular
Warna buah muda hijau
Warna buah matang merah
d.
Bunga
Posisi bunga intermediate
Jumlah bunga per axil 1
e.
Tipe pertumbuhan tanaman
intermediate
f.
Tipe penyerbukan
Penyerbukan sendiri
Teknik persilangan
(Hibridisasi buatan) Cabai
1. Persiapan
Proses ini meliputi :
Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan saat melakukan persilangan cabai
Mengetahui morfologi cabai dan reproduksi cabai
Pemilihan tetua betina dan tetua jantan yang ingin disilangkan
2.
Kastrasi
Proses ini meliputi :
Pembersihan/ pembuangan bagian tanaman yang ada disekitar bunga yang akan
diemaskulasi dari kotoran, serangga, kuncup-kuncup bunga yang tidak dipakai,
organ tanaman lain yang menggangu persilangan, serta pembuangan mahkota dan
kelopak cabai
3.
Emaskulasi
Yaitu kegiatan
membuang alat kelamin jantan (stamen)pada tetua betina yang akan disilangkan.
Metode emaskulasi yang digunaan pada praktikum persilangan cabai ini adalah
Metode Kliping atau Pinset
4.
Pengumpulan serbuk sari
Yaitu kegiatan
mengambil serbuk sari dari tetua jantan yang telah dipilih sebelumnya. Pada
praktikum ini alat yang digunkan untuk mengambil serbuk sari adalah pinset.
5.
Penyerbukan
Yaitu meletakkan
serbuk sari yan telah diambil dari tetua jantan kekepala putik tetua betina.
6.
Isolasi
Isolasi adalah
kegiatan menutup bunga tetua betina yang telah dilakukan persilangan dengan
menggunakan solatip atau sejenisnya, dengn tujuan gr serbuk sari dari tanaman
yang lain tidak menempel pada putik tetua betina yang disilangkan.
7.
Pelabelan
DAFTAR PUSTAKA
Sujiprihati, S., M.
Syukur, dan R. Yunianti. 2010. Teknik Persilangan Buatan. http://
muhsyukur.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/TEKNIK-ERSILANGAN- BUATAN.pdf [27 Februari
2011]
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemuliaan_tanaman
Hamid, 1989. Pemuliaan
pada Tanaman Lada. Makalah pada LatihanTeknik Pemuliaan Tanaman dan
Hibrida di Balittro dan Balittan Sukamandi.
8hlm.
Hanum, Chairani.
2008. Teknik Budidaya Tanaman. Direktorat Pembinaa Kejuruan
Pertanian.Bandung.
Kasim, 1990. Pengendalian
penyakit busuk pangkal batang lada secara terpadu.Buletin Tanaman Industri
I: 16-20.
Nurwardani, Paristiyanti.
2008.Teknik Pembibitan Tanaman dan Produksi. Beni Jilid 1. Direktorat Pembinaan
Kejuruan Pertanian.Bandung.
Rudi, 1996.
Peningkatan Resistensi Tanaman Lada Melalui Hibridisasi. Laporan Teknis
Penelitian, Bagian Proyek Tanaman Rempah Dan Obat. II: 113-134. Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, B o g
o r...
Wawan, 2002. Teknik
Kastrasi Pada Persilangan Buatan Tanaman
Lada Secara Konvensional. Buletin Teknik Pertanian.7
Sujiprihati, S., M.
Syukur, dan R. Yunianti. 2010. Teknik Persilangan Buatan.
http://
muhsyukur.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/TEKNIK-ERSILANGAN- BUATAN.pdf[27 Februari 2011]